Minggu, Mei 03, 2009

jalan ke surga

JALAN KE SURGA


Firman Allah dalam Hadits Qudsi:

انى ا نا ا لله لا ا له ا لا ا نا سبقت رحمتى غضبى فمن شهد ان لا اله الا ا لله و ان محمدا عبده ورسوله فله الجنة

" Sesungguhnya Akulah Allah, tiada Tuhan yang sebenarnya berhak diibadahi kecuali aku. Rahmat (kasih sayang) Ku telah mendahului kemurkaan-Ku. Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang sebenarnya berhak diibadahi kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, niscaya ia berhak mendapat surga".
(HQR ad-Dailami yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a.)

Arti rahman dalam kata-kata "rahmati" adalah kasih sayang. Rahman atau rahmat manusia beda dari Rahmah Allah.

Pada manusia, rahmah berarti kasih sayang yang mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan atau kebajikan kepada orang yang dikasihi. terkadang semata-mata dipakai untuk perbuatan kebajikan saja, tanpa ada kasih sayang yang mendorong. Rahmat dari Allah berarti pemberian ni'mat dan kurnia bukan dalam arti belas kasihan.

Allah bernama dan bersifat "Ar-Rahman" yang kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu yang ada, dan bersifat " Ar-Rahim" yang menunjukkan kasih sayang, kurnia dan Rahmat-Nya yang banyak sekali.

Asal arti " ghadhab" dari kata " ghadhaba", ialah meluap dan mendidihnya darah dalam hati atau jantung, yang begitu cepat naik ke kepala, sehingga terlihat pengaruhnyapada air muka dan matanya yang menjadi merah padam. Musuhnya atau orang yang ia marahi pada pandangannya menjadi kecil, seolah-olah dapat ditelannya bulat-bulat. Telinganya juga kelihatan merah dan kadang-kadang tak dapat mendengar nasihat orang lain, mulutnya terlihat gemetar dan menyemburkan caci-maki dan sumpah serapah serta kata-kata yang tidak sopan sama sekali, otak dan akal pikirannya kehilangan pertimbangan yang waras, karena dikuasai oleh amarahnya yang melampaui batas itu.

Darah yang mendidih itu juga menyebar, sehingga tangannya gemetar dan mengepal serta diacung-acungkannya kepada lawan-nya. kakinya pun mulai membuat langkah persiapan untuk menyerang.




Karena itulah Nabi Saw menyebutkan dalam hadits:

اتقوا الغضب فا نرجمرة توقد فى قلب ابن ادم الم تروا الى انتفاخ اوداجه وحمرة عينيه

Jagalah diri kalian, dari ghadlab (marah), karena ia laksana bara api yang dinyalakan di dalam hati manusia. bukankah kalian lihat mengembangnya leher dan memerahnya kedua biji matanya?

Adapun kemurkaan Allah, dimanifestasikan dalam bentuk siksaan yang diberikan kepada orang yang bersalah, sehingga orang itu merasa gundah hati, sakit dan sebagainya, atau orang itu dikembalikan berjalan di jalan yang diridhai Allah.

Allah telah memberitahukan kepada hamba-Nya bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya kecuali Dia. Dia juga memberitahukan bahwa sifat kasih sayang kepada hamba-Nya berupa pahala dan kurnia-Nya lebih didahulukan daripada hukuman dan siksa-Nya. karena itulah

Allah berfirman dalam al-Qur'an

        •     

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Dan bahwa Sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih (QS: al-Hijr 49-50)

Didahulukan rahmat atas kemurkaan-Nya itu adalah kurnia dan kemurahan-Nya.

Kisah Rasullullah Saw mengenai jalan menuju surga
Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.
Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”
“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya.
Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?”
Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”
Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.
Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.
Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.
“Apa ini?!” tanya Rasulullah
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.
Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke pohon itu!”
Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!”
Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!
Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah tempat tinggalmu!”
“Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).”
Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, “Inilah tempat tinggalmu!”
Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.”
Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, “Tidak sekarang engkau memasukinya!”
“Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” tanya Rasulullah kepada mereka.
Keduanya menjawab, “Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.
Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.”

Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?”
Rasulullah menjawab, “Dan anak orang-orang musyrik.”
Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.
Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka.
Barang siapa yang beriman dan percaya kepada-Nya, iman yang benar dan percaya yang sungguh-sungguh, serta mengaku dan menetapkan kewahdaniatan-Nya (keesaan-Nya), mengaku dan menetapkan dengan sepenuh hatinya kerasulan Nabi Muhammad serta menerima dan melaksanakan apa saja yang datang dari beliau, maka Allah Swt. akan menempatkannya di dalam surga, suatu tempat nikmat dan kurnia yang maha besar lagi kekal dan abadi.

Dapatlah kita ambil pengertian bahwa, sudah tentu tidaklah cukup dengan, hanya semata-mata penyaksian lisan saja, sebab yang dinamakan "iman" adalah I'tiqad dan percaya dengan hati, pengakuan dengan lidah, dan pelaksanaan dengan seluruh anggota. kalau sudah percaya dengan hati akan ke-Esaan Allah, dan diucapkannya pula pengakuan itu dengan lidahnya (dua kalimah syahadat), hendaklah ia melaksanakan semua ajaran yang berupa perintah dan larangan Allah, dengan tulus ikhlas dan sepenuh hati. dengan demikian barulah ia berhak mendapatkan surga seperti yang telah dijanjikan dalam Hadits Qudsi di atas.

Syahadat-Tauhid atau penyaksian terhadap ke-Esaan Allah dengan ucapan "La Ilaha Illallah" itu, menuntut beberapa hak' beberapa ketentuan, dan beberapa kewajiban. demikian juga Syahadaturrisalah " anna Muhammadur-rasulullah", menuntut keharusan mengikuti petunjuk beliau dan melaksanakan sunnahnya. Barangsiapa yang telah memenuhi syarat-syarat terebut, dengan penuh keikhlasan, ia berhak mendapatkan surga sebagai mana yang telah dijanjikan.


Orang-orang yang masuk surga tanpa dihisab.

Orang-orang yang masuk surga tanpa dihisab (diperhitungkan amalnya) adalah mereka yang beriman, bertakwa dan beramal shalih secara istiqamah. mereka ini tidak dihitung, tidak ditimbang dan tidak ada catatan amal perbuatan kecuali tertulis di dalam-Nya " Pembebasan dari Allah dan Rasul-Nya". Mereka ini adalah kelompok pertama yang telah kita bicarakan pada lembaran yang lalu, dimana Rasulullah Saw menerangkan sifat mereka.

Diriwayatkan dari Abu Hazim, dari sahal bin Sa'ad bahwa Rasulullah Saw bersabda, yang artinya yaitu " Akan masuk surga 70 ribu orang atau 700 ribu Abu hazim tidak tahu dengan tepat mana yang beliau sabdakan dari umat Nabi Muhammad Saw, dalam keadaan berpegangan antara satu sama lain. Orang yang pertama tidak akan masuk sehingga orang yang terakhir dari mereka memasukinya. wajah mereka diibaratkan seperti bulan bulan di malam purnama.

Diriwayatkan dari Abu Bakar RA, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda,: yang artinya" Aku diberikan 70 ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa dihisab. wajah mereka seperti bulan di malam purnama, dan hati mereka adalah hati satu orang. maka aku minta tambahan kepada Tuhanku, lalu dia menambahkanku, bersama setiap orang 70 ribu orang." (HR. Ahmad)

Diriwayatkan dari Umamah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda, yang artinya" Tuhanku menjanjikanku, 70 ribu umatku masuk surga tanpa dihisab dan tanpa siksaan, bersama setiap 70 ribu dan tiga genggaman dari genggaman Tuhanku." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Di dalam hadits ini Rasulullah Saw menerangkan sifat orang-orang yang masuk surga tanpa dihisab atau ditimbang, mereka ini berjumlah 70 ribu, serta bersama mereka tiga genggaman dari genggaman Tuhan semesta alam.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Nabi Saw bersabda, yang artinya " Aku telah diperlihatkan oleh Allah beberapa golongan umat manusia. Maka, aku melihat seorang Nabi bersama satu kumpulan manusia, mereka itu tidak lebih dari 10 orang, seorang nabi bersama seorang lelaki atau dua orang lelaki, dan seorang nabi tanpa ada seorang pun bersamanya. Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku satu kumpulan yang ramai. Aku menyangka mereka dari kalangan uamtku. tetapi dikatakan kepadaku, " Mereka adalah Nabi Musa as dan kaumnya. lihatlah ke ufuk! ' Lalu aku pun melihatnya, ternyata terdapat satu kumpulan yang ramai. Dikatakan lagi kepadaku, ' lihatlah ke ufuk yang lain'. ternyata di sana juga terdapat satu kumpulan yang ramai. Dikatakan kepadaku, ' Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada 70 ribu orang yang akan memasuki surga tanpa dihisab dan diadzab."

Kemudian Rasulullah Saw bangkit, lalu masuk ke dalam rumahnya. orang ramai berbincang, mengenai mereka yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa dihisab dan diadzab. kemudian setengah dari mereka berkata, " Mungkin mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Rasullullah Saw." Ada pula yang mengatakan, " Mungkin mereka adalah oarng-orang yang dilahirkan dalam islam dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik terhadap Allah." Mereka mengemukakan pendapat masing-masing. ketika itu Rasulullah Saw keluar menemui mereka lalu bertanya, " Apa yang telah kamu perbincangkan? ' Mereka pun menerangkan keadaan tersebut. maka Rasulullah Saw bersabda, " Mereka adalah oarng-orang yang tidak berputusasa hingga malas beramal, dan hanya kepada Allah mereka bertawakal."

Ukasyah bin Mihsan berdiri lalu berkata, " Doakanlah kepada Allah semoga aku termasuk kalangan mereka." Rasulullah Saw bersabda, " Kamu termasuk dari kalangan mereka."

Kemudian berdiri seorang lelaki yang lain, lalu berkata, " Berdoalah kepada Allah semoga aku termasuk dari kalangan mereka. " Rasulullah Saw bersabda, yang artinya
' Ukasyah telah mendahului kamu. "(Muttafaq alaih)

Kelompok yang tidak dihisab dan yang masuk surga tanpa dihisab ini mempunyai criteria di dalam surah Al-Waaqi'ah, di mana Allah Swt menyifati mereka sebagai orang-orang yang paling dulu masuk islam, yang dekat di sisi Allah Swt di surga-surga yang penuh dengan kenikmatan, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang terdahulu dan sedikit dari kalangan orang-orang terakhir, yaitu orang-orang yang Allah Swt tanamkan kemuliaan mereka dengan kedua tangan-Nya karena kecintaan, penghargaan dan pengagungan-Nya kepada mereka, di mana mereka sebagai symbol yang tinggi dalam keimanan, amal shalih, jihad, ilmu, pemberian, kepedulian, kelembutan hati, kecintaan, penepatan janji dan akhlak yang terpuji.




Allah Swt berfirman

       • •    •     
Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan, Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (QS: al-Waaqi'ah: 10-14)

dari rangkaian uraian di atas merupakan suatu informasi kepada kita jalan apa sajakah yang dapat kita tempuh agar mencapai surga Allah, dengan keridhaannya terhadap kita, itu merupakan suatu penunjuk jalan kepada kita sebagai umat islam agar dapat masuk ke dalam surganya Allah Swt dengan cara yang dimuliakan oleh Allah Swt.

Apabila kita sadari, bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara pasti akan berakhir, namun batas ajal kita tidaklah jelas, kita tidak tahu kapan kita akan meninggal, yang dapat kita lakukan hari ini, barangkali besok pagi sudah tidak bisa kita lakukan lagi, hari ini adalah amal tanpa hisab dan besok hisab tanpa amal. apabila kesempatan hari ini tidak dimanfaatkan seorang muslim untuk menggapai ridhonya Allah Swt yang pada akhirnya kita akan dimasukkan ke dalam surganya Allah apabila Allah telah ridho kepada kita, maka bisa jadi besok pagi sudah tidak ada lagi kesempatan baginya.




















Daftar Pustaka


Usman Ali, A.Dahlan. dan M.D. Dahlan, Hadits Qudsi, Bandung: Diponegoro, 2005
Mahir Ash-Shufi Ahmad, Ensiklopedia Surga, Jakarta: Pustaka Azzam, 2005
Shulha Salma, La Tahzan For Muslimah, Bandung: Mizan Media Utama, 2007
Muhammad Al-Mashiri dan Muhammad Saleh Al-Munajjid, 2006, Panggilan 8 Pintu dan Keajaiban Surga, Jakarta: Embun Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar